Sebuah kenangan waktu kelas satu, saat kita harus menuhin tugas Seni Budaya dari Pak Budi. Ia adalah orang ceria dan ramah yang berkesempatan jadi guru Seni Budaya kita. Beliau memberi pilihan hari apa yang kosong agar kita sekelas bisa nonton teater sunda di Gedung Rumentang Siang bersamaan. Hari rabu kayaknya jadi hari paling pas waktu itu. Karena Gedung keseniannya berada dekat stasiun Cikudapateuh, kita berncana menggunakan kereta untuk pergi kesana. Namun rupanya guru Gambar Teknik kita gak berpikiran sama. Beliau menegaskan kami untuk menyelesaikan tugasnya tersebut sebelum berangkat ke Rumentang Siang. Jadilah kami ketinggalan kereta.
Kayaknya gak mungkin kalo kita nungguin kereta berikutnya. Alhasil, angkot charter-an-lah yang jadi pilihan. Trio, temen kita yang pinter
nawar itu berhasil membuat sang tukang angkot memberikan harga 3ribu rupiah saja. Dasyat memang dia, harusnya 5 sampai 6ribu kita bayar! Sebelumnya kita sempet was-was juga soalnya Faisal dan Taofik tak diketahui keberadaannya, hingga akhirnya mereka muncul saat kami hendak berangkat. Beruntung mereka, tapi kami yang kesusahan! Beruntungnya kita, begitu datang, pentasnya baru dimulai, jadi seluruh isi cerita udah nempel di otak masing-masing. Berbeda dengan kelas sebelah, Tetran A. Rupanya mereka tadi rela menunggu jadwal kereta selanjutnya. Alhasil, mereka sampai di 10 menit-an sebelum pentas berakhir. Sungguh malang nasib mereka.
inget foto idah yang gak banget ! wkwkwk :p
BalasHapus